12 May 2015

We Were Warned (Kita Sudah Diperingatkan)

Ada laporan begini beberapa tahun lalu: bulan Juli 2010 merupakan bulan dengan rata-rata temperatur paling panas di seluruh muka bumi (laporan NOAA alias National Oceanic and Atmospheric Administration).

Detilnya:
(1)  Dari bulan Januari sd Juni 2010 suhu rata-rata di seluruh dunia terukur 14,2° Celsius. Ini lebih panas 0,7° C ketimbang abad 20, merupakan rekor tersendiri.
(2)  Suhu terpanas di seluruh daratan tercatat pada paruh pertama tahun 2007, sedang suhu terpanas di seluruh lautan terjadi pada paruh pertama tahun 1998. Namun kombinasi keduanya, daratan dan lautan, artinya seluruh muka bumi, maka paruh pertama tahun 2010 memecahkan rekor suhu terpanas sepanjang masa.
(3) Belum pernah diukur dalam tahun-tahun sebelumnya, rekor bulan terpanas seperti paruh pertama tahun 2010. Bulan Juni 2010 merupakan Juni paling panas sepanjang sejarah pengukuran cuaca!

Tendensi global ini tidak sama di setiap wilayah. Di kutub utara misalnya, salju hanya melapisi luas 10,9 juta km². Ini menjadi rekor pula karena merupakan luas paling rendah sejak pengukuran yang dilakukan NOAA mulai tahun 1979, yakni 10,6% di bawah nilai rata-rata tahun 1979 sd 2000. Sebaliknya di kutub selatan pada bulan Juni 2010 lapisan es lebih luas 8,3% dibanding rata-rata tahun 1979 sd 2000. Ini juga merupakan rekor.

Bulan Juni 2010 di Inggris adalah bulan paling kering sejak tahun 1929, di mana curah hujan cuma 362,5 mm, padahal rata-rata 511,7 mm. Bulan Mei 2010 di Jerman merupakan bulan Mei terdingin sejak tahun 1991. Namun secara global bulan Mei 2010 memecahkan rekor sebagai bulan Mei terpanas, lebih panas 0,7° sepanjang 130 tahun terakhir! Di Indonesia sendiri dampak topan Krosa di Tiongkok dan pusaran angin EDDY di Kalimantan membuat akhir bulan Juli 2010 serasa bagai musim hujan. Tahun-tahun setelah itu badai topan terbukti semakin banyak dan dahsyat di daerah tropis, termasuk Indonesia, demikian hasil riset Mojib Latif, peneliti cuaca global. Mengapa bisa demikian? Laut di wilayah tropis, khususnya antara bulan Juni dan September, berada pada fase hangat. Ini diperparah oleh perubahan cuaca akibat ulah manusia, yang merusak lingkungan dengan semburan karbondioksida lewat cerobong asap industri dan gas buang kendaraan bermotor.

Sepanjang 400 Tahun terakhir: Bumi Tidak Pernah Sepanas Sekarang
Ulah manusia membuat bumi makin panas, demikian hasil studi dari lembaga riset NRC (National Research Council) pada 23 Juni 2006, karya riset paling mutakhir dari 2.350 ilmuwan internasional, di mana 200 di antara mereka adalah para ilmuwan pemenang hadiah Nobel. Perubahan cuaca yang sangat drastis ini dampaknya sangat mengerikan bagi keberlangsungan hidup manusia secara global.

Dinyatakan lebih lanjut, bahwa selama 25 tahun terakhir bahkan ada beberapa bagian belahan bumi yang suhunya lebih panas dibandingkan 900 tahun terakhir. Lebih-lebih belahan bumi bagian utara, yang lebih panas dibandingkan 1.000 tahun terakhir.

Apa akibat dari naiknya suhu bumi?
1)     Salju di kutub utara akan mencair lebih cepat.
2)     Tidak akan ada lagi salju abadi di kutub utara.
3)     Permukaan air laut di seluruh dunia akan naik. Perkiraan: 2 sampai 6 meter.
4)     Banyak pulau-pulau kecil yang ketinggiannya 2 sd 6 meter dpl (di atas permukaan air laut) akan
        lenyap.
5)     Banjir di daratan, khususnya wilayah dekat pantai, akan sulit surut.
6)     Ekosistem berubah drastis.

Sejak bertahun-tahun kita disodori berita-berita mengenai berbagai bencana alam seperti topan, banjir bandang, tornado, gempa bumi, badai salju, angin ribut, puting beliung, tsunami, dan sebagainya. Kita terbiasa melihat dan mendengar berita tentang fenomena alam tersebut. Jika tidak mengalaminya sendiri, kita anggap kejadian-kejadian itu sebagai hal yang wajar, sebab menjadi berita rutin. Bahkan para pakar sendiri masih belum mencapai kata sepakat mengenai dampak global warming. Kita melupakan peringatan Al Gore bertahun silam, bahkan ada yang mencercanya pula.

Apa pun dan di mana pun, perubahan cuaca masih akan berlangsung. Kian lama kian drastis. Tanda-tanda zaman, atau? We were warned ...

No comments:

Post a Comment