10 May 2015

Bising itu Pembunuh Nafsu Makan

Praktis tidak ada penumpang yang bisa merasakan lezatnya makanan yang disajikan dalam pesawat. Seenak apa pun makanan itu menggoyang lidah kita. Penyebabnya bukan hawa kering, tekanan udara, atau kondisi tubuh yang kurang sehat. Dr. Tony Woods dari University of Manchester meneliti, mengapa hal itu bisa terjadi.

Para responden ditutupi matanya dan dipasangi head-phone di kedua telinga mereka. Dari alat itu didengungkan suara desis dengan berbagai kuat suara. Mulai dari desis yang nyaris tak terdengar sampai yang keras. Dalam setiap tingkatan volume suara itu responden disediakan dan diminta melahap makanan lezat yang kadang sedikit manis, kadang sedikit asin. Bukan terlalu manis atau terlalu asin. Tapi rasa itulah yang menguasai makanan, dan semua sajian sama lezatnya.

Responden diminta menilai tingkat kelezatan makanan tersebut.

Hasilnya?
Semakin keras bunyi desis, nilai kelezatan kian rendah. Tidak tergantung apakah makanannya sedikit asin atau manis. Ketika volume sura disetel di tingkat paling rendah, nilai yang diberikan para responden mencapai skala tertinggi.

Penjelasan Dr. Woods: fenomena ini tidak hanya terjadi dalam pesawat terbang yang sedang mengangkasa. Latar belakang suara di sekitar kita akan mengurangi konsentrasi otak terhadap makanan, sehingga arus dalam saraf yang memberikan sinyal lezat agak terkurangi.

Penelitian ini berakibat luas pada restoran dan rumah makan, jika pemiliknya mau peduli terhadap loyalitas pelanggan. Buatlah suasana rumah makan Anda tidak terlalu bising dengan musik yang keras, tapi sajikan alunan merdu nan lembut. Niscaya kelezatan makanan di restoran Anda tidak akan terkurangi akibat suara keras tersebut. Pengunjung cenderung bakal datang kembali.

No comments:

Post a Comment