21 May 2015

Era Perubahan yang Makin Dahsyat

Kita sudah lama melewati abad ke-20. Kini kita berada pada tahun 2015 di abad ke-21. Tahun yang bakal masuk rekor sebagai tahun dengan berbagai bencana alam terbanyak di dunia. Beberapa bulan lagi tahun 2016 akan tiba. Sepuluh tahun dekade pertama abad 21 telah berlalu. Sepuluh tahun dengan 4 krisis besar: krisis 11 September 2001, krisis pemanasan global, krisis finansial global, krisis demokrasi. Adakah krisis yang lebih parah? Ya, krisis di tahun mendatang akan lebih parah dalam bayang-bayang pemanasan global! Film Years of Living Dangerously yang dibuat tahun 2014 dengan jejeran bintang terkenal seperti Arnold Schwarzeenegger, Harrison Ford, Matt Damon, dll sudah memberikan kita pandangan mengerikan akan dampak pemanasan global!
 
Konon dekade perdana milenium ke-3 itu diawali dengan harapan besar. Malam silvester (31 Desember) tahun 1999 silam merupakan pesta akbar di segenap muka bumi. New economy dan e-business menjanjikan kesejahteraan luar biasa bagi setiap orang. Para penabung mulai berinvestasi di pasar saham. Dunia barat optimis. Demokrasi liberal dunia barat dianggap sebagai bentuk final dan berlaku universal bagi setiap pemerintahan, demikian ujar Francis Fukuyama dari Kemlu AS pada tahun 1992.

Namun fakta berkata lain, new economy ternyata sudah ambruk pada tahun-tahun awalnya. Nilai saham berguguran. Lalu gedung kembar WTC runtuh pada 11 September 2001 setelah dihantam 2 pesawat. Habis sudah euforia para penguasa di dunia barat. Mulai saat itu kecemasan AS menular ke negara-negara lain. Penyadapan menjadi hal rutin, sampai saat ini, dan dilegalkan oleh Undang-undang Keamanan Nasional. Institusi jasa sekuriti panen order. Saban hari jutaan penumpang pesawat harus melewati pintu detektor. 

Setiap dekade punya simbol ungkapannya sendiri. Jika ungkapan tahun 70-an ”Love, Peace & Happiness”, maka simbol dekade awal abad ini ialah ”Security First”. Film paling sukses adalah bagian ketiga dari seri Lord of The Rings (The Return of the King). Figur buku paling laris? Namanya Harry Potter. Mereka merupakan dongeng anak-anak yang dijadikan konsumsi orang dewasa. Kita berada dalam dunia, di mana para lakon pasti menang dalam pertarungan melawan si jahat. Dongeng modern menjadi pelarian dari dunia nyata yang sarat ketidak-pastian. 

Kekhawatiran di AS setelah peristiwa 11 September 2001 menjadi dasar bagi Bank Sentral AS untuk membanjiri sistem finansial dengan likuiditas (kemampuan untuk menukar dengan cepat satu barang di pasar dengan lainnya). Para manajer keuangan langsung tanggap dan menjadikan semua yang baru adalah baik. Bahkan IMF dalam laporannya tahun 2006 menulis, bahwa sistem finansial paling gres tersebut, yang dibebankan rata di atas semua pundak, lebih aman ketimbang sistem lama. Ternyata hal itu justru jadi kesalahan amat fatal. Di pasar properti AS terwujud gelembung raksasa yang meletus pada pertengahan tahun 2008. Bank-bank berguguran bagai rontoknya bunga salju di musim dingin. Seandainya pun Lehman Brothers dibantu pemerintah AS dari kebangkrutan, dapat dipastikan akan ada institusi raksasa lain yang ambruk. Banyak bank di negara-negara lain terguncang hebat. Perusahaan besar banyak yang pailit. Bahkan salah satu orang terkaya Jerman bunuh diri dengan menyongsong kereta api yang tengah melaju kencang. Krisis keuangan juga menerpa Dubai di Timur Tengah.

Tanpa bantuan keuangan negara bakal terjadi peristiwa kelabu tahun 1930-an, dengan pengangguran massal dan kelaparan skala global. Dampaknya mulai terlihat pada April 2008, di mana hampir 1 miliar manusia saat itu kelaparan. Modal dari negara dibutuhkan untuk menjalankan roda perekonomian. Menjelang akhir tahun 2008 silam setiap 24 menit di pasar saham menguap 1 miliar US$. Negara harus membantu dan menstabilkan bank, industri mobil, dan bisnis perumahan. Belum pernah ada program peminjaman yang demikian besar. Dekade abad ini merupakan dekade paling mahal sepanjang sejarah peradaban. Total duit senilai 1,5 triliun US$ dikeluarkan oleh negara anggota G-20 sebagai paket bantuan bagi institusi dalam negaranya sendiri. Bunga dari paket bantuan tersebut masih harus dibayar dalam tempo ratusan tahun mendatang. Tanda-tanda zaman?

Namun Tiongkok atau RRC tidak terimbas krisis tersebut, malahan negara ini justru makin cepat menjadi penguasa dunia. RRC punya cadangan devisa sebesar 2 triliun A$. Suatu jumlah yang fantastis, sekitar Rp 20 ribu triliun. Bukan main! Sebagai perbandingan: cadangan devisa Jerman cuma 180 miliar US$. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok tahun 2010 diperkirakan akan menembus angka 8%. Ini pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia. Distrik finansial Pudong di Shanghai disebut-sebut bakal mengganti peran Wall Street. Semua fakta ini seolah menyiratkan, bahwa tanpa demokrasi pun hal tersebut bisa dicapai. Ketika era perang dingin silam, negara-negara Eropa, Jepang, dan AS beranggapan, hanya negara demokratis yang bisa membuat rakyat sejahtera. Anggapan ini langsung gugur dengan sendirinya. Inikah krisis demokrasi?

Lalu ada orang bernama Al Gore, mantan calon Wapres AS, yang mendapat hadiah Nobel untuk perdamaian, dengan peringatannya akan perubahan iklim. Ditunjukkan badai dahsyat yang menerpa New Orleans. Tsunami 26 Desember 2004 dengan korban lebih dari 250.000 orang membuat kita sadar. Alam sedang murka. Sejak puluhan tahun silam dunia diwarnai laporan IPCC, kumpulan para periset cuaca, tentang ekstremnya iklim di planet bumi. Namun umat manusia tetap saja adem ayem. Manusia baru sadar setelah laporan IPCC tahun 2007 yang menyatakan, bahwa suhu atmosfir bumi bakal naik sampai 6,4 derajad pada akhir abad ini. Dan berbagai akibatnya yang mengerikan bagi peradaban, yaitu naiknya permukaan air laut sekitar 190 cm di seluruh dunia. Bahkan kemungkinan besar bisa lebih dari itu, seandainya lapisan salju di Tanah Hijau mencair lebih banyak dan lebih cepat. Malediva akan jadi negara korban pertama yang akan lenyap dari peta bumi. Sebuah negara akan mengungsi! Bayangkan. Tanda-tanda zaman?

Lalu dihelatlah Konferensi Para Pihak Ke-15 (COP-15) PBB pada 7 sd 18 Desember 2009 di Kopenhagen mengenai perubahan iklim. Agendanya dihadiri lebih dari 190 utusan negara-negara di dunia untuk berunding guna mencapai kesepakatan tata dunia yang stabil secara ekologis-klimatologis dengan bingkai yuridis. Krisis pemanasan global dan krisis finansial global membuat tataran dunia berubah secara dramatis. 

Selama sepuluh tahun ini kita belajar, bahwa setiap orang adalah tetangga sesamanya. Sebagian orang menyadari arti sebenarnya dari globalisasi. Polusi udara di Meksiko adalah masalah bagi Negeri Belanda. Ambruknya pasar properti di AS bisa membuat pekerja pabrik kimia di Jerman kehilangan pekerjaan. Kini jelas sudah, bahwa semuanya tergantung satu sama lain. Jaringan global ini setara dengan kian meningkatnya komunikasi antara sesama manusia. Handphone seakan menjadi komoditas wajib yang selalu dibawa ke mana-mana, bahkan ke (maaf) WC pun.

Layanan internet semakin menjangkau ke pelosok terpencil. Fitur Twitter atau Skype dipakai oleh kaum muda sebagai media persahabatan antar negara, antar benua. Pengguna jejaring sosial Facebook tahun 2010 silam sudah menembus angka 500 juta, di mana sedikitnya 240 juta manusia meng-klik Facebook minimal 1 kali/hari. Di Indonesia, terbanyak nomor 3 dunia setelah AS dan Inggris, pengguna facebok tembus 27 juta orang! Hitung sendiri berapa prosen dari total netter Indonesia yang sekitar 40 juta? Lewat internet (dan TV) dapat dilihat berbagai peristiwa di dunia dalam waktu nyata. Kita sudah menyaksikannya saat aksi Densus 88, bahkan sejak perang Badai Gurun. Berbantuan Navigator atau Google-Earth setiap orang mendapat peta wilayah manapun.

Problem terbesar internet adalah sisi balik keuntungannya: suplai informasi yang berlebihan. Barang siapa masuk ke Google, dia sudah berada di perpustakaan terbesar dunia, dengan seluruh pengetahuan peradaban!  Jika pengetahuan senantiasa ada dan tersedia, maka kita pun ingin selalu memilikinya. Belum lagi deep-web, bagian terbesar internet. Setiap hari terbit lebih dari 3.000 buku di muka bumi. Jumlah pengetahuan umat manusia pada tahun 2006 silam sudah melampaui 1,5 Exabyte. Satuan EXA (dengan 18 nol) ini setara dengan 750 triliun halaman kertas ukuran A-4 sarat tulisan. Pengetahuan segede tersebut sudah melebihi dari apa yang diperoleh peradaban sejak 5.000 tahun silam. Muatan sains senantiasa bertambah, dengan kecepatan yang semakin meningkat, yang bakal berlipat dua setiap 72 jam setelah tahun 2017. Separoh dari apa yang kita pelajari sepanjang 2 tahun mendatang, sudah akan kadaluwarsa pada tahun ke-3. Kita belajar untuk pekerjaan yang saat ini belum ada. Tahun 2017 akan digunakan teknologi, yang saat ini belum ditemukan, untuk memecahkan masalah, yang saat ini belum terpikirkan!

Produksi handphone telah melewati angka 30 miliar. Sekarang jumlah SMS per hari sudah melampaui angka 12 miliar! Jumlah email? Setiap hari berseliweran minimal 600 miliar email. Internet mulai menjadi candu high-tech, dengan jumlah pengguna nyaris 2 miliar manusia. Anonimitas di dunia maya membuat sumpah serapah jadi keseharian. Tidak anonim bisa menjadi seperti kasus Prita Mulyasari, lahirnya simbol perlawanan rakyat berwujud solidaritas koin. Dalam hitungan jam ”Koin Untuk Prita” sudah menjadi santapan media dan menyebar ke seluruh dunia di berbagai bahasa. 

Internet menjadi lahan publikasi skala global. Laranglah sesuatu, maka ia akan dilanggar. Kejadian yang tertulis di awal Kitab-kitab Suci ini, larangan makan buah terlarang dari satu pohon di antara ribuan pohon lain, seolah terlupakan. Kasus film Fitna, bintang porno Maria Ozawa (Miyabi), film 2012, dan Balibo Five, justru menjadikan mereka milik publik dan laris manis tersebar ke mana-mana! Laranglah sesuatu, maka ia akan menjadi terkenal dengan sendirinya. Lalu ada kasus video Ariel, Luna Maya dan Cut Tari yang sampai menyebar ke luar negeri dalam hitungan menit. Kecepatan informasi lewat berbagai mass-media, sarana online, dan bermacam jejaring sosial sudah menjadi peristiwa normal sehari-hari.

Tahun 2015 ini dan tahun-tahun berikutnya akan merupakan era EverNet, internet di mana-mana. Demikian pula pengetahuan, baik yang baik maupun yang buruk, terbuka untuk semua netter (internet user). Perubahan semakin cepat tak terhindarkan. Tanda-tanda zaman? Wallahualam Bissawab.

 


No comments:

Post a Comment