Tema di protokol ini:
• Latar Belakang Amok
di Kota Winnenden
• Lingkungan Negatif
• Pemisahan dan
Kolektif
• Pengembangan dan
Evolusi
• Masa Lalu, Masa
Kini, dan Masa Depan
• Gerakan, Stagnasi, Tuhan,
dan Kolektif
Senja ini pertemuan
dilaksanakan di tempat Birgit dan Thomas. Jürgen bertindak selaku medium,
penyampaian secara lisan dalam kondisi trance penuh.
JOSUA: Segala puji bagi Tuhan dan damai
bersama kalian.
(Dilanjutkan salam hangat dari kelompok)
Marion: Nyemplung-nya lancar?
JOSUA: Ya.
Thomas: Dengan semangat.
Rolf: Karena sudah larut?
JOSUA: Bukan, bukan, tidak begitu. Aku
menyebutnya “sisihkan tempat“.
Thomas: Haruskah engkau berdesakan?
JOSUA: Ya, begitulah.
Birgit: Segalanya berjalan baik?
JOSUA: Ya, semuanya baik, hanya butuh sedikit
waktu, terima kasih.
Ya, kita semua punya
sesuatu, aku tidak menyebutnya sekarang sebagai stres, tetapi kita toh disibukkan dengan kejadian
pada minggu lalu.
[Yang dimaksud adalah
akibat dari amok di kota Winnenden]
------------------------
Catatan Penterjemah (Anmerkung
des Uebersetzers ueber Winnendenamok):
Penduduk Winnenden,
kota kecil dengan populasi 27.600 jiwa, terletak sekitar 20 km timur laut kota
Stuttgart (Jerman), pada hari Rabu tanggal 11 Maret 2009 digemparkan oleh
peristiwa amok seorang siswa berusia 17 tahun yang, saat pelajaran sedang
berlangsung, menembak mati 9 siswa (mayoritas siswi), 3 guru, dan 3 pejalan
kaki. Akhirnya pelaku bunuh diri setelah tembak-menembak dengan polisi. Pelaku
dari kalangan menengah, punya segalanya, kecuali sahabat dan perhatian. Pelaku diketahui
mengalami depresi, sakit secara psikis dan sejak tahun 2008 dalam perawatan
psikiater, tapi menghentikan paksa perawatan itu. Penembakan dilakukan pelaku dalam
kelas, lalu di luar sekolah saat pelaku melarikan diri.
-----------------------
Birgit: Itu dapat kumaklumi.
JOSUA: Kesibukan tidak saja menyangkut
jiwa-jiwa yang kembali ke alam baka, melainkan
juga keluarganya yang masih hidup. Hal itu berakibat sebab kami toh ada di dekat sini [Jerman]. Jika peristiwa itu terjadi di Amerika
sana, maka akan lain halnya.
Betty: Ya.
JOSUA: Jika terjadi di sana, maka kelompok
lain yang akan bertindak. Aku duga, akan butuh
waktu agak lama, sampai orang-orang ini kembali normal seperti sedia kala.
Betty: Oleh sebab itu, pasti MADELEINE punya banyak
kegiatan sekarang.
JOSUA: Ya.
Betty: Aku sangat memikiri dia, pada waktu aku mendengar
peristiwa amok tersebut.
JOSUA: Ya, dia mengurus mereka yang tiba di
alam baka, sebab hal tersebut sedikit mengejutkan.
Betty: Betul. Engkau sudah menyatakannya beberapa waktu silam, bahwa
dia yang mengurus hal-hal
demikian.
JOSUA: Ya. Para korban amok harus pertama-tama
mengerti, apa yang menimpa mereka.
Betty: Ya.
Rolf: Lha ya, mungkin kejadian itu
tidak tercantum di jalan kehidupan mereka.
JOSUA: Tidak, ada sesuatu yang di luar kontrol
dalam perjalanan hidup mereka, yang ....
Betty: ...terlempar keluar.
JOSUA: Terlempar keluar garis kehidupan, ya,
tetapi itulah hal-hal, yang sekarang masuk
dalam perjalanan hidup.
Birgit: Apa itu sudah kalian lihat
sebelumnya?
JOSUA: Melihat sebelumnya? Tidak dalam skala
besar seperti ini. Bahwa pelaku gampang
dipengaruhi, itu sudah kami ketahui sebelumnya. Hanya saja menjadi
sulit, untuk menarik dia kembali (dari dekapan kuasa gelap), jika dia sudah demikian dirasuki...
Rolf: Untuk menghentikannya?
JOSUA: ...atau untuk dapat menghentikannya. Inilah
problemnya, bahwa para ilmuwan kalian tidak
mengetahui, apa yang memotivasi orang-orang sehingga menjadi pelaku amok. Dalam peristiwa itu, ia
tidak melaksanakannya sendirian.
Ia sudah dibantu total dari alam negatif, dari kuasa kegelapan, untuk melakukan
amok. Tentu saja juga ikut berperan dalam hal ini bidang sosial dan labilnya jiwa
pelaku, yang melihat lingkungan sekitar dengan pandangan lain. Tetapi di kasus ini
betul-betul ada bantuan dari kuasa gelap, sehingga
seorang manusia mampu melakukan amok seperti itu. Dan kembali tercapai keadaan, di mana
seluruh kota ....
Betty: Lha ya.
Rolf: Terguncang.
JOSUA: ... berada dalam
kondisi depresi terdalam. Ini bisa dipahami. Yang paling buruk dalam kejadian ini adalah, bahwa
getaran emosi orang-orang sampai mencapai
alam baka. Ia tidak berhenti di
depan pintu Petrus, sebagaimana yang dikatakan orang.
Betty: Ya. Apa kabarmu, JOSUA?
JOSUA: Sebetulnya aku dalam keadaan baik,
sangat baik.
Rolf: Kembali pada kalimat terakhir: itu
artinya, getaran emosi keluarga yang ditinggalkan
sampai pada kalian [di alam baka]?
JOSUA: Ya.
Rolf: Kesedihan, kemarahan total, atau
apanya yang sampai?
JOSUA: Ya, kemarahan total itu tidaklah begitu
buruk, kemarahan total dapat dibendung.
Tetapi yang namanya kesedihan, keputus-asaan, ketidak- mengertian ini begitu hebatnya,
mereka tidak mengetahui, mengapa. Di kalian selalu
berlaku, manusia ingin sekurang-kurangnya tahu, mengapa. Tetapi umumnya tidak
demikian, apa yang benar-benar ingin mereka ketahui, sebab toh hal ini tidak mengubah
apa pun.
Birgit: Tidak, toh tak ada yang akan balik
dari alam baka.
JOSUA: Tidak, melainkan sebenarnya hanya
membantu untuk memahami situasinya.
Mereka tidak akan
memaafkan pelaku, jika dia beralasan, bahwa keluarganya berantakan, dia tak diperhatikan, tak ada teman wanita,
tak ada sahabat. Itu semuanya nilai-nilai minus
ranah sosial, yang dia punya. Toh tetap mereka tidak memaafkannya, bahwa dia begitu
banyak menembak mati orang-orang, terutama
para remaja.
Betty: Itu betul-betul sasarannya.
JOSUA: Ya.
Rolf: Dan hampir
seluruhnya para gadis.
Betty: Ya, mayoritas gadis
remaja.
Rolf: Semua ayah, jika orang melihatnya, dikatakan bahwa
hubungan ayah dan anak gadisnya
senantiasa istimewa.
JOSUA: Ya, itu menusuk
lebih sedikit pada para korban, yang dia tembak, melainkan lebih banyak pada yang
ditinggalkan. Bagi siswa lainnya, yang melihat kejadian
itu di kelas dengan mata kepala mereka sendiri, itu jauh lebih buruk dan mereka perlu diurus
melebihi jiwa-jiwa yang ke alam baka. Jiwa-jiwa yang ke alam baka ini akan sangat cepat
melupakannya, dan ada inkarnasi baru. Tetapi bagi yang masih ada di bumi,
mereka ini tidak mengerti.
Rolf: Ya, dan kecemasan
akan kembali tersebar.
Betty: Ya.
JOSUA: Ya.
Dirk: Percayakah engkau, ada
pengertian lebih besar seandainya orang-orang yang bersangkutan telah mengetahui sangkut-pautnya?
JOSUA: Tidak. Itu tidak dapat diandalkan, aku
minta padamu. Untuk kejadian itu tak
ada pengertian. Orang mungkin
dapat berkata, okay, tapi bagi semua manusia ada
solusi itu dan solusi ini di bidang lainnya, tidak di yang satu ini.
Dirk: Apa yang kau pikirkan?
Thomas: Ada selalu sebuah solusi, yang akan
terlihat lain, demikian pemahamanku.
Marion: Di luar penggunaan senjata api.
JOSUA: Bukannya begitu, seperti yang kita
baca, bahwa video-game-lah penyebabnya. Itu
semua pernyataan tolol. Tentu saja banyak remaja melarikan diri ke alam fantasi, tetapi pada langkah
menuju realitas ada ambang hambatan, untuk mampu
menembak mati sesama manusia. Sebab seseorang berusia 17 tahun pun tahu konsekuensinya, jika dia
melakukan hal tersebut. Ini bukanlah kekuatan yang menggerakkan.
Rolf: Ya, selalu jika orang mendengar
alasan ini, aku menentangnya ekstra keras, guna
dibuat sebagai argumentasi. Setiap orang itu ada percobaan dalam kehidupan
sehari-hari...
JOSUA: Tentu saja.
Rolf: ...percobaan dalam berbagai
bentuk dan di suatu tempat harus ada yang berfungsi,
yaitu hati nurani: kulakukan, atau tidak. Baiklah, ambang hambatan, ini mungkin selalu
berlainan, tetapi sang prinsip berlaku, katakanlah setiap hari pada jutaan orang.
JOSUA: Ya.
Rolf: Dan
karena itulah aku melihat kasus ini tak ada bedanya. Jika itu berfungsi, maka pelaku tak akan
melakukannya, atau ia mendengar suara hatinya.
JOSUA: Itu betul seluruhnya, tetapi semua itu,
seperti yang kusampaikan tadi, suara hatinya
diredam dan dipadamkan oleh kuasa gelap. Ini tak ada kaitannya dengan senjata api,
seperti yang diberitakan. Itu semua tidak betul. Bukan senjata yang menembak, melainkan
pelaku yang menembak. Seandainya dia tak
punya senjata, ia akan mengendarai mobil. Apa yang terjadi, jika ia menabrak para pejalan
kaki dengan mobil? Makanya ada cukup banyak kemungkinan. Dalam pada itu yang
salah pasti bukan sang barang, dengan apa
pelaku melaksanakannya, melainkan selalu orang yang menggunakannya.
Birgit: Engkau mengatakan barusan, suara
hatinya diredam ....
JOSUA: Ya.
Birgit: ...dipengaruhi oleh sisi negatif,
atau kuasa gelap. Itu suatu perkembangan, yang
tidak terjadi kemarin untuk hari ini, bahwa hal demikian dapat berfungsi.
JOSUA: Tidak, itu merupakan proses yang lama.
Birgit: Apakah pada dasarnya setiap orang
dapat dipengaruhi kuasa gelap?
JOSUA: Tidak, sisi negatif benar-benar mencari
dengan cermat manusia yang mampu dipengaruhi,
yang cukup labil, guna memakan umpan. Di mana sang rasio dipadamkan, di mana pelaku
pada saatnya tidak memahami apa yang dia lakukan.
Pengertiannya baru diperoleh umumnya saat berikutnya nanti.
Pada para pelaku remaja hal ini tiba pada
saat mereka tidak dapat lagi melawan,
ketika mereka tidak bisa lagi
bertahan, atau hal serupa. Pada saat itulah
mereka sadar, apa yang sebenarnya terjadi, dan lalu mereka bunuh diri.
Birgit: Untuk lari dari situasi tersebut,
atau?
JOSUA: Ya, tentu saja, untuk lari, dan di sini
yang lari adalah sisi negatif. Seandainya pelaku
remaja masih hidup, maka dia akan berkata, bahwa dia tidak tahu apa- apa, tentang hal mengerikan yang telah
dibuatnya.
Birgit: Ya.
JOSUA: Sebab dia benar-benar tidak tahu.
Begitulah, itu diambil sebagai kemenangan. Setiap
pelaku amok tidak akan mengatasinya, yakni pelaku amok sejati, dan dia adalah salah satunya.
Birgit: Engkau mengatakan “diambil“, apa
artinya, apa pelaku lalu masuk ke alam negatif?
JOSUA: Jiwanya direbut, supaya menyebabkan
penderitaan di dunia. Ini tak bisa terjadi
di alam baka. Yang dari sisi negatif
tidak bisa menyerang kami di alam baka,
melainkan hanya lewat alam materi.
Birgit: Apakah pelaku itu berasal dari alam
surgawi, aku misalkan begitu, atau inkarnasi
dari lingkungan negatif?
JOSUA: Pelaku tidak berasal dari sisi negatif.
Birgit: Artinya, ia kini melangkah mundur
dalam pengembangannya? Atau bagaimana
aku dapat menjabarkannya.
JOSUA: Tidak,
ia tidak membuat pengembangan mundur, melainkan ia akan menarik pengertian dari hal yang
ia perbuat. Pengertian itu akan memakan tempo yang sangat lama, karena dalam waktu yang sangat lama
ia tidak bisa inkarnasi. Ia mengalami
kejadian itu sekarang [senantiasa berulang].
Birgit: Di lingkungan negatif?
JOSUA: Tidak. Sisi negatif ikut menarik dia
dari kehidupan materi.
Birgit: Ya, dan di mana ia sekarang?
JOSUA: Ia berada di ruang antara, antara negatif
dan positif, di sana, di mana juga ada jiwa-jiwa
yang telah bunuh diri.
Rolf: Apa itu yang pernah kita nyatakan
sebagai lingkungan antara?
JOSUA: Bukan lingkungan antara, dia tidak bisa
mengganggu kalian, dia tidak bisa menjadi
hantu.
Rolf: Ah ya.
JOSUA: Pahamkah kalian, dia diisolasi, tetapi
ia mengalami segalanya berulang-ulang, dan
itu baginya sangat dramatis.
Birgit: Tidaklah mungkin, jika jiwa berasal
dari sisi positif inkarnasi, seandainya pun kejadian
yang mengerikan terjadi, bahwa ...
JOSUA: Engkau tidak balik lagi.
Birgit: Engkau tidak balik ke sisi negatif?
JOSUA: Tidak, jika engkau sudah mengalaminya,
lewat tahapan ini, maka tidak ada jalan
kembali.
Thomas: Maka yang negatif tetap di negatif, yang
positif di alam positif, apa pun yang terjadi.
JOSUA: Di alam netral, biarkan di alam
netral...
Thomas: ...di alam netral,
tetapi tidak di alam negatif...
JOSUA: ...di alam netral,
di alam positif dari pencerahan, bukan di alam positif maupun negatif, dia tergantung di
antaranya. Kalian menyebutnya
begitu indah dengan “duduk
di antara kursi“ dan begitulah yang benar-benar terjadi. Ia mendapat hadangan dari sisi negatif,
dan dari sisi positif ia memperoleh ini ”pikirkan, temukan pencerahan, apa yang telah kau perbuat,
mengapa kau melakukannya“ dan begitu seterusnya. Ini sekarang suatu
kondisi kacau. Tetapi
kami tidak melanggar Konvensi Jenewa..
Thomas: Konvensi.
JOSUA: Konvensi, ya. Kami punya aturan sendiri.
(senyum simpul)
Thomas: Apakah berlaku kesimpulan balik: jika
kau berasal dari sisi negatif, terserah, apa
yang kulakukan di sini, aku tidak bakal mencapai sisi lain, sisi positif. Apakah begitu
halnya?
JOSUA: Jika engkau berasal dari sisi negatif,
maka maknanya adalah, untuk menuju ke sisi
positif. Sebab hanya ada satu arah arus, tak ada arus sebaliknya.
Thomas: Okay.
JOSUA: Pahamkah engkau, tak peduli apa yang
terjadi di alam materi, jika ia kembali ke
alam baka, harus ada perbaikan kembali, pencerahan darinya adalah soal lain. Apa yang bagi kalian sebagiannya
terlihat mengerikan, mungkin suatu pengalaman
bagi jiwa tertentu. Itu seluruhnya individu. Hanya dalam kasus ini
aku harus mengatakan pada kalian, ini bukanlah seuatu yang dikehendaki. Ada kesepakatan, bahwa orang mengatakannya
padamu, kita akan mengalami babak
ini, bagaimana jalannya. Aku sebagai yang ditinggal... Yang ditinggal, begitu ucapan kalian?
Rolf: Ya.
JOSUA: ...sebagai yang ditinggal, sebagai
pelaku, atau korban. Itu semua dapat disepakati. Lalu
peristiwanya bagi kalian di bumi memang suatu kejadian yang mengerikan, tetapi itu
terjadi untuk mengumpulkan pengertian, jika jiwa berasal dari sisi negatif, yang mana
tahapan berikutnya akan dicapai, yakni alam
surga. Maka terjadilah. Pada situasi yang tak terkontrol, di mana stabilitas jiwa tidak cukup besar,
yang lalu melakukan sesuatu, yang tidak tercantum dalam jalan
hidupnya, maka kami harus bertindak. Tetapi tidak ada jalan balik, melainkan stagnasi. Ia tidak
akan bisa bertemu dengan keluarganya, dengan teman-temannya dalam tempo yang
sangat lama, karena mereka ada di alam positif.
Ia sendirian.
Birgit: Dan itu demikian lama sampai dia
dijemput?
JOSUA: Ya, baginya akan sulit dengan
pengertian ini, karena dia tetap menggantung di jepitan.
Dirk: Untuk merekat pada arah pengembangan, mungkin
pada umumnya dikatakan lagi,
apa yang engkau barusan katakan.
Thomas: Tidak haruskah, jika kita dihadapkan
pada pemisahan, toh memberi suatu arah pengembangan
ke sisi negatif. Lepas dari kasus ini, dari amok ini?
JOSUA: Aku tahu, apa yang engkau maksudkan.
Pemisahan adalah lepas dari yang total.
Yang total, kolektif,
keseluruhan kolektif itu tidak negatif, juga tidak positif.
Engkau tidak boleh menambahkan suatu penilaian, pada saat engkau memberi
kolektif suatu penilaian, maka dia jadi benda individual. Tapi dia tidak demikian, menjadi individu
itu melalui pemisahan, jika dijelajahi. Kami menamakannya negatif, sampai derajat
tertentu, di mana dia balik kembali. Derajat ini, garis, di mana lalu balik ke sisi
positif.
Dirk: Okay, aku kini sedang di jalan [perumpamaan
pikiran], bagaimana mungkin, bahwa
jiwa sampai di sisi negatif.
JOSUA: Pada saat dia berpisah dari kolektif.
Birgit: Kita semua berasal dari sisi negatif?
JOSUA: Ya, aku ingin menjelaskannya lagi: kalian
melihat sisi negatif sebagai sesuatu yang
jahat. Dan Lucifer itu toh hanya sebuah nama, suatu benda, yang kalian tetapkan sebagai penguasa sisi
negatif. Kami melihatnya agak
beda: ia adalah suatu fase
[lainnya]. Kami bertentangan dengannya. Ia merupakan suatu, bagaimana aku
menjelaskannya..
Birgit: ...suatu kebutuhan?
JOSUA: Sisi negatif tidak setuju, untuk keluar
dari kolektif. Perlu waktu lama, aku tidak tahu, apakah kalian bisa
menggambarkannya, untuk kembali jadi individual. Mungkin sebuah contoh, memang agak brutal, tetapi
cobalah membayangkan, lenganmu
dipenggal dan harus hidup mandiri. (JOSUA membuat gerakan berayun-ayun dengan lengan). Total mandiri.
Birgit: Ya.
JOSUA: Sang lengan tidak
paham, dan engkau di sisi lain juga tidak. Begitu juga di sini dilihatnya, suatu saat terjadi
pemenggalan dari yang total. Dan pemenggalan ini
tidak sederhana. Pemenggalan ini tidak seperti lahirnya bayi. Kelahiran merupakan hal positif, sang bayi
dirawat, dilindungi, harusnya begitu. Pemenggalan
dari kolektif, itu begini: engkau tiba-tiba saja punya kesadaran, bahwa engkau tidak berada lagi di
sana, di mana engkau seharusnya berada, dan tujuanmu, sebenarnya adalah untuk
kembali pulang. Hanya sekarang ini tibalah
apa yang barusan aku katakan: hanya ada satu arah.
Birgit: Jika aku sudah di luar, haruskah aku
menjelajahi seluruh jalan?
JOSUA: Ya, engkau tidak dapat begitu gampang
berucap, hup, sekarang aku balik kembali.
Bukan begitu. Pintu
tertutup, melangkahlah. Begitu, dan semakin jauh engkau melangkah ke dalam pengembangan negatif
atau sisi minus ini, kian sulit
bagimu. Engkau mulai inkarnasi
di alam materi, tetapi tanpa intelektual besar. Engkau harus mencerna semua.
Banyak, yang harus atau melakukan ini, menjadi
marah, sebab mereka masih mengetahui, bahwa mereka berasal dari sesuatu, di mana mereka
punya segalanya. Dan lalu tibalah pertanyaan masyhur:
apa makna segalanya? Mengapa aku harus melakukannya? Tak ada lagi
pemahaman. Dan kemarahan besar dapat menjadi sangat akbar.
Birgit: Jika aku berasal dari kolektif ini
dan tiba di suatu lingkungan lain, berada di suatu
lingkungan rohani, apakah ini lingkungan negatif?
JOSUA: Ya baiklah, kami katakan “lingkungan
minus“, bukannya negatif yang sekarang
dinyatakan sebagai jahat dengan dedemit, sebagai neraka atau yang serupa. Itu pernyataan tolol.
Birgit: Ya, aku sampai di lingkungan minus
ini dan barulah kemudian mungkin terbentuk
pikiran dan kemungkinan, untuk menggunakan materi, untuk mengembangkan sang
aku. Di kolektif tak ada kemungkinan ataupun pikiran.
JOSUA: Aku
dapat menggambarkannya, jika engkau ada di kolektif, maka engkau tidak tahu apa pun –
tapi, engkau tahu, bahwa ada alam materi. Sebetulnya ini sangat rumit. Aku tidak dapat dengan mudah menggambarkan
apa pun di kolektif.
Seandainya engkau di kolektif punya pikiran ini, aku tak mau keluar dari
sini, maka itu bukan lagi kolektif. Melainkan itu suatu pemberian alami, yang dipandang oleh kolektif
sebagai sesuatu keutuhan. Berikutnya, aku menjelaskannya begini, aku
menegaskan: aku. Aku menjelaskannya demikian: itu
adalah suatu gelembung. Penuh energi.
Dirk: Kolektif?
JOSUA: Kolektif! Penuh energi, dan ia selalu
semakin besar. Tekanan selalu jadi
kian kuat. Harus ada lubang pelepasan. Harus ada
perimbangan. Kolektif mengetahui segalanya,
atau juga tidak, kolektif dapat sangat cerdas, kolektif dapat sangat dungu. Itu tidak ia sadari. Kolektif hanya tahu,
bahwa jika tidak ada
gerakan...
Betty: Stagnasi.
JOSUA: ...bahwa akan terjadi stagnasi. Aku
pikir, bahwa satu-satunya, yang benar- benar
diketahui kolektif, adalah, bahwa suatu gerakan harus terjadi.
Birgit: Dan oleh sebab di satu sisi selalu
ada yang menyusul menggelincir keluar, yang
menjelajah jalannya dan tiba kembali, harus ada di sisi lain yang juga keluar lagi.
JOSUA: Tepat. Harus keluar lagi.
Thomas: Dan jika engkau sekarang berkata, ada
suatu aliran terus-menerus di gelembung
ini, aku ikut menyebutnya begitu, dan supaya tidak meletus, harusnya di
sisi lain ada suatu lubang pelepasan, di mana roh keluar lagi...
JOSUA: Begitulah yang kubayangkan.
Thomas: Okay, kubayangkan juga begitu. Mereka
dipaksa, untuk pergi lewat jalan, jalan yang
panjang, menjelajahinya, sesampai di sisi lain lalu pada selanjutnya juga ada di deretan dengan
mereka, yang kembali tiba. Bersamaan dengan itu juga ada roh di sisi lain yang keluar. Dan engkau
berkata, ada kekesalan di beberapa tempat,
sebab roh bertanya-tanya, mengapa aku melakukan ini. Itu toh disebabkan karena aku tahu, dari mana aku berasal?
JOSUA: Itu benar. Pada saat, jika engkau sudah
meninggalkan kolektif dan engkau menjadi
individu, engkau juga tahu, dari mana engkau berasal. Yaitu dari kolektif. Engkau
dipisahkan dari yang manunggal. Engkau harus membayangkannya,
engkau datang dari sorga, di mana segalanya serba ada. Bayangkan apa pun yang terindah, yang dapat engkau
bayangkan, semuanya itu
engkau miliki. Dan sekonyong-konyong engkau didorong keluar dari sorga, pintunya ditutup dan ada
yang berkata, kini buatlah sesuatu yang lain.
Rolf: (tertawa)
Dirk: Dan itu tidak hanya satu roh saja, melainkan
sekelompok seperti yang engkau nyatakan
dengan contoh lengan tadi.
JOSUA: Ya. Kalian harusnya tidak menerima kata
demi kata, aku mencobanya hanya untuk
melukiskan hal itu, sebagaimana yang kubayangkan. Dan kedatangan kembali itu juga hal yang pasti.
Apa yang didorong keluar itu adalah roh, energi,
tanpa jiwa, hanya roh murni. Dan masalahnya adalah, bahwa setiap [roh] harus balik kembali,
sebab pada suatu saat roh akan penuh. Ia itu kecil dan hanya punya suatu kapasitas penyimpan tertentu guna
menampung pengertian. Suatu saat jika kapasitas
penyimpan maksimal tercapai, roh akan kembali
ke kolektif, mengantar isi penyimpan untuk diserahkan. Hal ini tak berhubungan dengan, bahwa engkau
akan menjadi malaikat, jika engkau berbuat
baik, bahwa engkau suatu saat nanti duduk di sebelah kanan Gusti Sang Pencipta. Melainkan
kami tahu dan kalian tahu, bahwa perjalanan balik ke kolektif adalah pengertian. Pengertian dari
banyak hal-hal emosi dan materi. Ada suatu masa
di mana setiap roh akan penuh pengertian. Jadilah ia punya sesuatu, yang dapat dia bawa ke kolektif,
yang ia kumpulkan sendiri. Selanjutnya
peralihan ke kolektif, ia menyerahkan bawaannya, masuk ke dalam, dan manunggal
dalam sebuah kolektif besar, berikutnya mungkin suatu
saat bahkan individu yang sama akan didorong keluar. Sang kesadaran, pahamkah kalian.
Birgit: Itu akan kembali didapatkan. Di
dekat pintu akan diperoleh mantelnya lagi, benar
begitu yang kubayangkan ini?
Dirk: Juga demikian...
JOSUA: Maaf, biarkan aku formulasikan pikiran
ini sampai selesai, apa, yang sekarang kami
ketahui, masih kami ketahui, adalah yang telah terjadi di masa lampau, sampai suatu masa tertentu. Itulah
triknya. Aku sudah tidak tahu lagi, kapan aku pada saat memperoleh jiwa
individualku, kapan aku pada saat dahulu kala
keluar dari kolektif.
Birgit: Tetapi engkau menduga, bahwa ...
JOSUA: Kamu hanya punya bagian [ingatan] tertentu,
yang kamu punyai [saat sekarang],
lalu mulailah saat pelupaan. Sebagaimana aku telah mulai, untuk melupakan inkarnasiku yang
terakhir. Aku tak dapat lagi menyatakan padamu secara
detil tentang inkarnasiku yang paling akhir.
Birgit: Apakah jiwa-jiwa juga lupa, bahwa
mereka telah menjelajahi lingkungan negatif,
jika mereka sudah berada di lingkungan positif?
JOSUA: Tidak, hal tersebut mereka ketahui,
bahwa mereka telah menjelajah lewat lingkungan
negatif, juga pengalaman apa yang mereka kumpulkan dari sana.
Aku hanya dapat
membayangkan, bahwa pengertian perdana kita, baiklah, sekarang aku ada di luar, sekarang kita buat
sesuatu. Itu dapat kubayangkan. Dapat
juga dikatakan begini, sekarang aku ada di sana, di luar pintu, dan menggedor-gedornya,
sekarang gambarannya, dan berseru: hey, biarkan aku masuk kembali, aku tak mau di luar sini. Dan
mereka tidak membiarkanmu masuk, lalu aku semakin agresif, dan
roh sangatlah kuat. Itu tadi gambarannya,
supaya kamu dapat lebih mengerti. Begitu, dan jika kamu sadar, kamu sendirian, apa yang
akan kau perbuat? Kamu tak punya pengembangan –ini
tidak bisa jadi, seandainya begitu maka kamu akan segera penuh- melainkan kamu hanya
mendapatkan dia ini sebagian demi sebagian, sehingga kamu, jika kembali [ke kolektif] hanya punya
kemurnian dan kesepakatan. Itu semua dapat kubayangkan dahsyatnya.
Dirk: Kita membicarakan perjalanan pulang ke
kolektif misalnya melewati lingkungan,
bahwa orang ada di surga, orang belajar, orang inkarnasi, orang punya pengertian baru, suatu
saat nanti orang bakal seperti engkau di situasi yang mirip dan menyatu dengan bagian kembarannya.
Bagaimana fungsinya jalan
turun, keluar dari kolektif? Engkau barusan menyatakannya, roh ada di luar
pintu dan menggedor-gedor.
JOSUA: Misalkan, ya.
Dirk: Pada saat, jika ada di luar, ini kan mirip
keadaannya dengan saat baru saja menyatu
dengan sang kembaran di lingkungan ke tujuh dan semakin agresif dan gedoran kian keras,
jadinya lebih dalam lagi terjun ke lingkungan. Jika begitu, aku masih kurang paham, bagaimana lingkungan
negatif diisinya.
JOSUA: Lingkungan negatif diisinya, dalam mana
kolektif mengeluarkan
energi rohani. Dan
kolektif hanya dapat mengeluarkan ini ke satu arah. Coba bayangkan seperti sebuah bola, semua
itu sebuah bola, tidak berakhir, bukan? Di sini dikeluarkan, di sini mengalir, bagai
sebuah sungai.
Dirk: Ya.
JOSUA: Dan tidak bisa mengalir balik. Aliran
sebuah sungai tidak mengalir mendaki gunung.
Rolf: Sebagai suatu lubang pengaman, di
mana hanya ada satu arah aliran.
Birgit: Begitu itu fungsi yang lain
berikutnya, sang pengembangan.
JOSUA: Tepat.
Birgit: Demikian pula dengan contoh barusan,
seandainya pun terjadi hal mengerikan,
orang tidak bisa jalan kembali, hanya tetap di tempat.
JOSUA: Tepat . Dan itu yang terjadi di sini.
Beberapa dengan cepat menerima individualitas
ini, mungkin, bahwa mereka sudah sering melakukannya, kita tidak tahu. Aku tak bisa
mengatakannya. Beberapa tidak bisa selesai dengan situasinya, dilepas dari sesuatu yang aman tenteram,
dan mereka ingin balik kembali.
Perlu beberapa waktu, sampai pengertian ini tiba: tak bisa balik. Inilah
pengertian pertama: tak bisa. Harus melakukan yang berikutnya, apa yang akan kulakukan? Maka aku
berjalan sempoyongan bagai anak ayam kehilangan
induk dan berpikir: apa yang kau lakukan? Maka mulailah perjalananmu –semua ini hipotesis- pada
planet tertentu yang masih pada tingkatan
rendah. Dan tak peduli, bahwa kamu mulai sebagai sel tunggal. Kamu belajar
pertama-tama dalam pertarungan untuk hidup di alam materi, itulah
pengertianmu berikutnya – untuk memangsa dan dimangsa.
Dirk: Apakah sekarang ini – maaf, bahwa aku
memotong, tetapi ini penting bagi pemahaman
– apakah menurut engkau setiap jiwa atau pasangan roh, yang keluar dari kolektif,
harus mengalami hal ini?
JOSUA: Ya. Ini hukum alam, ini adalah awalnya.
Birgit: Bahwa inkarnasi perdana tidak
sebagai manusia, melainkan sebagai sel tunggal?
JOSUA: Bisa saja, ya. Tidak sebagai manusia,
silahkan dibantah, juga jika ada tertulis, Tuhan
menciptakan manusia sesuai gambaranNya, Ia menciptakan roh sesuai gambaranNya.
Birgit: Tetapi satu sel tunggal punya...
JOSUA: Ya, apa yang dimiliki
sebuah sel tunggal? Sebuah sel tunggal tak punya pengetahuan,
bahwa ada alam materi, di mana ia dapat hidup. Bahwa selanjutnya roh dan jiwa hanya
inkarnasi sebagai mahkluk lebih tinggi, itu jelas,
kamu tidak berkembang ke belakang, kamu tidak dapat kembali sebagai keledai
atau sapi, sesuai logika, tak peduli kendati kepercayaan soal ini masih ada dan saling
bertentangan di bumi.
Thomas: Tetapi, maaf,
antara sel tunggal dan manusia, mengapa tidak sebagai keledai?
JOSUA: Di antara tahapan
evolusi mungkin saja kamu sudah pernah menjadi keledai, tetapi engkau tidak bisa dilahirkan sebagai
manusia...
Thomas: ...dan pada saat inkarnasi berikutnya
sebagai keledai. Ya, okay.
JOSUA: Begitu itu yang tepat berlawanan dengan
aliran evolusi atau inkarnasi.
Brutalitas, kembali pada
kejadian amok tadi, yang berasal dari sisi negatif, lenyap bersamaan dengan pengertian, bahwa bukan itu
jalannya. Banyak jiwa atau
manusia, yang lalu berada di bumi, yang bertindak agresif dan brutal, ada dalam kepercayaan kokoh, bahwa
pertempuran ini adalah satu-satunya kemungkinan.
Sampai mereka suatu saat memahami: bukan demikian adanya. Tidak
boleh hal tertentu dilakukan, guna mengakhiri waktu inkarnasi sesama secepat mungkin. Itulah sang
pengertian. Dan jika kalian mengamati evolusi kalian
sendiri, kala peperangan zaman silam, di saat pra sejarah, pada zaman Mesir kuno, zaman Romawi,
tatkala orang-orang saling berkelahi, sampai mati, di mana kematian saat itu masih dilihat sebagai
sesuatu yang wajar, maka selanjutnya
semua berubah dan senantiasa akan berubah. Tetapi di masa kini toh masih ada banyak orang yang
masih belum memahami itu.
Birgit: Itu aku pahami, tetapi aku masih
bingung terkait dengan sel tunggal.
JOSUA: Kamu bermula dari anggapan, bahwa
engkau punya kecerdasan, jika engkau dikeluarkan
dari kolektif. Demikian itu tidak kukatakan. Engkau tidak punya apa pun! Kecuali
kesadaran, keluar dari kolektif, itulah pengertianmu yang pertama. Dan ketika ini kau dapatkan, pada saat itu pintu
di belakangmu ditutup.
Birgit: Sekarang aku tidak heran lagi, bahwa
tak ada yang mau keluar, kondisinya jelek
begitu.
JOSUA: Tetapi sebagaimana dikatakan, itu tidaklah
dapat direnungkan, giliran siapa yang
keluar, namun terjadilah. Ada hal-hal yang terjadi. Dan hal yang terjadi, itu bukan bahan pikiran.
Begitu adanya. Sebuah “sungai“ tidak berpikir, mengapa
ia sekarang mengalir, melainkan ia mengalir. Dan demikian pula pada lingkungan [spiritual] rohani.
Semuanya mengalir.
Dirk: Dalam perumpamaan dengan sungai ini, aku ada
cetusan pikiran sebelumnya, sungai
berasal dari sumber kolektif dan selalu mengalir ke “bawah“, kembali lagi ke sumber asal. Artinya, di
suatu tempat tertentu ia harus mengalir naik.
JOSUA: Ya tentu saja, air menguap, naik ke
atas dan menjadi awan, lalu awan menjadi hujan
dan air turun ke bawah.
Dirk: Ini gambaran yang menolong.
JOSUA: Ya, begitulah halnya. Adalah penting,
aku sudah melihatnya, Birgit, engkau berpikir, jika engkau keluar dari
kolektif, engkau punya satu pengetahuan, satu
kesadaran, satu kecerdasan.
Birgit: Satu kesadaran.
JOSUA: Satu kesadaran. Engkau punya kesadaran,
bahwa engkau sendirian, bahwa engkau
keluar dari sesuatu, dari mana engkau sebetulnya tidak ingin keluar. Beberapa yang sudah keluar
tapinya malahan tidak berpikiran apa-apa dan bahkan
langsung menjelajah.
Birgit: Ya, tetapi jika aku punya satu
kesadaran, sekarang kita mungkin sampai pada definisi
kesadaran, jika aku punya satu kesadaran, maka aku punya kemungkinan
untuk memutuskan, aku dapat menyadari hal-hal tertentu.
JOSUA: Misalnya begitu.
Birgit: Orang mendapat pertama-tama
pengertian ini, pintu tertutup, aku harus mencoba
sesuatu yang lain. Dan kini aku bayangkan satu sel sunggal, dan apa- apa yang sampai saat ini aku
ketahui soal sel tunggal.
JOSUA: Apa yang terbentuk dari sel tunggal?
Birgit: Evolusi biologis jelas, tetapi aku
–itu tak berkaitan dengan kesadaran, melainkan
dengan- bagaimana sebutannya pada hewan?
Rolf: Insting.
Birgit: Insting atau...
JOSUA: Ya, lebih dari itu tidak kamu punyai
sama sekali. Kamu bahkan tidak punya kesadaran,
seperti yang engkau definisikan sebagai kesadaran.
Rolf: Orang harus lepas dari
kecerdasan.
JOSUA: Ya, engkau juga harus punya satu
pengetahuan.
Birgit: Ya, soal kecerdasan sudah, tetapi
kesadaran dan kecerdasan adalah dua hal berbeda
...
Rolf: Kamu
pada prinsipnya hanya tahu 2 hal.
JOSUA: Engkau.
Rolf: dan
engkau ada...
Birgit: ...tidak lebih dari itu, di mana
engkau pernah berada.
JOSUA: Persis. Inkarnasi itu pada awalnya dan juga pada kami
adalah sesuatu, yang tidak
dapat kamu teliti, melainkan itu terjadi.
Birgit: Itu sudah kupahami.
JOSUA: Pada awalnya kamu inkarnasi, aku
mengatakannya sekarang tidak sebagai sel tunggal,
aku mengatakannya kini sebagai sesuatu, supaya dapat mulai, dari mana [segala lainnya] berkembang.
Itu adalah suatu yang butuh waktu lama ..
Birgit: ...tetapi masih bukan menyerupai
manusia?
JOSUA: Bukan, masih akan sangat lama, masih
miliaran inkarnasi, sebelum sesuatu yang mirip manusia dapat terjadi,
sebelum roh tiba di dekat planet [bumi]. Tetapi
ia berkembang dalam sel tunggal, misalnya menjadi hewan tertentu. Suatu saat nantinya ia
mampu memutuskan, apakah tetap demikian, atau berkembang
ke arah lain.
Birgit: Alur ini dapat kubayangkan, aku
hanya berpikir ...
JOSUA: Kamu beranggapan, satu sel tunggal tak
punya kesadaran dan tidak dapat berkembang
lanjut.
Birgit: Begitu, dan aku beranggapan, bahwa
kita berasal dari kolektif dulu itu sudah menyerupai
manusia.
JOSUA: Tidak, tidak, kamu dulu itu hanya
sejumput awan kecil energi. Sekarang kamu mungkin sudah menjadi sebuah awan,
tetapi saat kamu keluar dulu, mungkin kamu
cuma satu butir pasir, bahkan bukan sebutir pasir, bukan berwujud materi, tetapi
sebuah butir maha kecil pasir spiritual.
Birgit: Partikel kecil.
JOSUA: Partikel kecil, ya.
Thomas: Tadi engkau mengatakan, dalam peredaran
seluruh pengembangan ini akan dicapai
suatu stadium, di mana lalu lebih dekat dengan kolektif, sebab roh mulai penuh. Kapasitasnya terisi
maksimal, dan tak punya lagi kemampuan untuk
menampung.
JOSUA: Ya, harus
diserahkan, ya.
Thomas: Tepat, lalu harus
diserahkan, itulah gambarannya. Ya, berikutnya aku masuk ke
kolektif dan menyerahkan muatan, yang sudah kuperoleh selama jutaan tahun pengembangan. Muatan itu
lalu diintegrasikan di kolektif dan semua memperoleh
manfaat darinya. Itulah gambaran yang sama, yang telah kulakukan
selama tahapan inkarnasi sebagai manusia, bahwa aku di sini senantiasa menyempurnakan pengetahuanku, atau lebih
banyak lagi mengumpulkan,
kembali, dan seterusnya, hanya aku tidak menyerahkannya pada yang lain, melainkan menyimpannya di brankasku.
JOSUA: Persis.
Thomas: Tetapi pada suatu
saat nanti aku ada di batas kemampuanku atau kapasitasku, dan lalu aku harus masuk ke
kolektif, sebab kapasitas penyimpanan sudah tidak
muat lagi.
JOSUA: Tidak muat lagi, tepat.
Thomas: Adakah perbedaan? Adakah mahkluk yang
kapasitasnya lebih besar?
JOSUA: Tidak, kamu tak boleh melihatnya begitu.
Di sini bukan bicara soal volume, melainkan soal pengertian. Suatu
saat nanti bagi setiap roh akan tercapai yang namanya
pengertian maksimal. Lebih dari pengertian itu tak dapat lagi dia kumpulkan.
Birgit: Apakah ini berbeda secara individu?
JOSUA: Tidak, tidak berbeda, melainkan di
sana, ke mana kita pergi, sebelum masuk ke kolektif,
kita semua mempunyai kedudukan yang sama, yaitu [jumlah] pengertian
[-pengertian] yang sama. Dan dalam pada itu termasuk pengertian, yang kita nilai sebagai
sesuatu yang sia-sia, yang tidak bakal kita buat lagi.
Pahamkah kamu, sebutlah
ini sebagai sesuatu yang samar-samar. Kamu lalu punya pengertian dari pengertian. Ini yang kamu bawa,
bukannya kamu sekarang
membuka lacimu, menaruh semuanya di ransel dan lalu pergi, melainkan kamu
membawa pengertian dari pengertian. Dan setiap pengertian dari pengertian itu sedikit
berbeda, sebab setiap kumpulannya itu lain-lain, mirip, tetapi
tidak sama.
Bayangkan, bahwa setiap
roh mungkin hanya mampu mengangkut sebuah bagian
kecil dari pengertian-pengertian, kendati roh itu –jika diukur- besar luar biasa. Tetapi sebenarnya hanya
sangat, sangat kecil. Dan setiap roh lain membawa pula bagian lain
dari pengertian.
Birgit: Aku baru saja punya suatu gambaran
di kepala, bahwa setiap roh hanya dapat masuk,
jika gambar puzel-nya selesai.
JOSUA: Tepat.
Birgit: Dan gambar puzel ini hanya satu
bagian dari total gambar puzel raksasa.
JOSUA: Ya, betul begitu. Oleh karena itu
kalian mengalami bermacam jalan sosial dan tak
ada satu pun jalan sosial persis sama dengan lainnya. Tak ada pengertian yang persis sama dengan pengertian lainnya,
meskipun mungkin saja pengertian
sosial dari banyak inkarnasi amat mirip.
Birgit: Itu tepat juga dalam gambar puzel,
di situ tak ada bagian yang sama.
JOSUA: Tepat. Dan setiap gambar puzel adalah
satu mahkluk roh, yang kumpulannya di
dalam kolektif menjadi suatu gambar utuh. Sebuah contoh bagus, untuk itu aku berterima kasih padamu.
Begitulah yang kami bayangkan di lapisan ke tujuh,
teman-temanku. Apakah seperti itu sesungguhnya ...
Rolf: Engkau tidak tahu.
JOSUA: Itu menjadi kebajikan dari kesimpulan
akhir, aku tidak tahu, tetapi aku hidup dengannya
dan banyak makhluk roh yang sibuk mendalami hal itu, sebab itu termasuk dalam mengumpulkan
sebuah pengertian. Untuk melihat maksudnya,
mengapa aku mengumpulkan pengertian, untuk boleh menjadi satu bagian dari sebuah gambar
besar – di mana sang gambar tentunya bakal terbentuk oleh lebih dari 5000
bagian. (tersenyum)
Birgit: (tertawa) Aku percaya itu juga.
JOSUA: Semoga tak ada yang berpikir salah, itu
adalah suatu puzel raksasa.
Birgit: Terutama, jika aku menyaksikan
untaian pengembangan ini, diawali dari sel tunggal,
lebih tak terbayangkan dibandingkan yang aku lihat sebelum ini.
JOSUA: Dan lalu masih harus kamu bayangkan,
bahwa di pojok atas sana ada yang membuat
rusak bagian puzel.
Birgit: Siapa itu yang berbuat?
JOSUA: Jika saja kita bisa menangkap basah si
pelaku... (senyum)
Thomas: Dan siapa yang bakal menyaksikan puzel
yang sudah selesai ini?
JOSUA: Ya, itulah pertanyaan berikut.
Birgit: Siapa yang dapat melihatnya, ya, dan
gambarnya berubah?
JOSUA: Dijamin.
Birgit: Jika bagian-bagian lain tiba.
JOSUA: Pasti, ini sebuah gerakan yang
terus-menerus, gambar ini. Itu bukan gambar yang
selesai lalu ditempel, melainkan satu gambar, yang senantiasa selalu berkembang, ia
berubah senantiasa.
Betty: Selalu diperbarui terus-menerus.
JOSUA: Pada saat, di mana gambar ini selesai...
Birgit: Maka terjadilah stagnasi.
Thomas: Diam tak bergerak.
JOSUA: ... tamat sudah. Itu adalah filsafat
bagus. Tolong digaris-bawahi
filsafat ini, aku tak ingin melekat di sana. Itu filsafatku. Dan satu [mahkluk] roh, yang beranggapan, bahwa
ia tahu, bagaimana fungsinya dalam kolektif, kusebut dia sebagai penipu ...
Dirk: Tetapi bukankah logika juga yang akan
menyatakan, bahwa kesadaran itu masa
sekarang, saat ini, di mana gambar ini terbentuk? Dalam pada itu kita pernah mengatakannya saat pertemuan
terdahulu, jika ingatanku benar. Engkau
pernah berkata, masa lalu sudah pergi dan akhirnya juga masa sekarang dan hanya
tinggal masa depan.
Dan dalam pada itu aku,
pernah berujar, betapa sulitnya untuk mengerti ketika
dihadapkan pada gambaran dari bagian puzel, dari pengumpulannya, dan untuk memperhatikannya.
JOSUA: Gambarannya berubah sendirinya, berubah
melalui masa depan.
Dirk: Itulah yang tidak kupikirkan, aku pikir, ia
berubah sekarang, dan akan terus berubah
di masa depan.
JOSUA: Ia selalu berubah terus,
ia berubah dalam tiga fase. Bukan, dalam dua fase, bukan tiga fase. Di masa lalu, itu kita ketahui,
ia sudah berubah, ia berubah sekarang
dan kita tahu, bahwa ia berubah pada masa depan, sebab kini kita eksis.
Birgit: Sebab kita
terus mengembangkan diri.
JOSUA: Ya. Selama ada roh
individual, selama itu ada masa depan dari kolektif.
Dirk: Dan masa kini dari eksitensi.
JOSUA: Dan masa kini dari eksistensi. Hanya
jika kolektif tidak punya masa depan lagi, maka semuanya lenyap, juga masa
sekarang, dan masa lalu jadi nol dan punah. Itu
tak bakal terjadi, kami akan menjaganya. Paham?
Dirk: Hari ini ya. Bagaimana sekarang definisimu
tentang kesadaran?
JOSUA: Definisiku untuk kesadaran sebenarnya
hanya ini: aku ada.
Birgit: Aku sadar diri, bahwa aku ada.
JOSUA: Ya, itulah kesadaran, dan sebuah
kesadaran dapat ada, tanpa ia tahu, apa- apa
yang terbentang di depannya. Satu kesadaran itu sebetulnya merupakan masa
sekarang dan masa lalu dan berlaga untuk masa depan.
Dirk: Jika ia mengingatnya, itulah masa lalu, lain
dari itu hanya merupakan hasil dari
masa lalu.
JOSUA: Persis.
Dirk: Lain dari itu adalah masa sekarang, aku
mengerti, ya.
JOSUA: Itu hal dahsyat, itu hal luar biasa,
oleh karena itu kita coba menelusuri jajaran buku
bergambar, agar setiap orang paham.
Thomas: Dalam pada itu ada pernyataan filsafat
yang menarik, yang menyatakan, tak ada
satu pun dari ketiganya. Masa lalu sudah lewat, artinya, ia tidak ada lagi, ...
Rolf: Apa itu pernyataan dari filsuf
tertentu?
Thomas: Hm, bukan sembarang filsuf (senyum), itu
pernyataan dari Augustinus. *
-----------------------------
*
“Bagaimana orang dapat berkata, bahwa [waktu masa lalu
dan waktu masa depan] itu sang waktu, sebab bukankah masa lalu itu sudah lewat
dan masa depan masih belum ada? Sang waktu saat ini tetapi, jika ia selalu ada
dan tidak beranjak ke masa silam, bukan lagi waktu, melainkan keabadian“ Dari
Augustinus von Hippo, (354-430), Confessiones lib.11
---------------------------------
Rolf: Ah ja.
Thomas: Masa sekarang jadinya juga tidak ada,
sebab jika aku sekarang berkata masa sekarang,
pada saat itu dia sudah jadi masa lalu.
JOSUA: Sudah menjadi masa lalu.
Thomas: Ia tak ada, atau tidak ada lagi, karena
ia sudah berlalu. Dan masa depan itu idem
halnya, karena ia masih akan datang. Tetapi kini hal tersebut akan terlalu jauh menyimpang [jika
dibicarakan lanjut].
Dirk: Begitulah jadinya ada yang senyatanya... (tanpa waktu).
JOSUA: Itu tidak salah, itu tidak salah, jika
keseluruhannya kuperhatikan secara garis besar,
orang harus memperhatikan hal ini, melihat masa lalu dibandingkan masa depan dalam detil terkecil.
Itu adalah suatu waktu tertentu, tetapi aku dapat
membagi sang waktu dalam susunan besaran. Dan di susunan besaran ini, di susunan besaran
terkecil, ada masa sekarang. Masa lalu pun ada, sebab masa lalu
adalah, apa yang telah lalu.
Birgit: Akan tetapi masa sekarang adalah
satu-satunya saat, di mana aku merasa.
JOSUA: Itu sangat cepat [berlalu].
Birgit: Ya, tapi itulah di mana aku
menyadari diri, di mana aku merasa, di mana aku dapat menemukan keputusan-keputusan.
JOSUA: Dalam pada itu jika engkau sudah
menemukan keputusan, sampai kamu menemukannya,
itu sebetulnya waktu sudah lewat lagi. Jika kita ambil contoh pertemuan
kita ini, mulai dari saat awal pertemuan, sampai sekarang ini, maka awal pertemuan tadi sudah
menjadi masa lalu. Jika kamu mulai dengan sebuah kalimat dan kata
terakhir sudah diucapkan, maka kata tadi itu sudah jadi masa lalu.
Orang dapat
benar-benar sekarang bagai telur di ujung tanduk. Itu juga sebuah ungkapan dalam masalah
tersebut. Begitulah, jika kita sekarang berkata,
masa lalu adalah masa lalu dan memberikan masa sekarang suatu ruang bermain yang lebih
luas, sebelum masa depan dimulai, maka hal itu mungkin
tidak tepat benar dipandang dari kacamata ilmu pengetahuan, namun jauh lebih dapat
dipahami.
Birgit: Ya, sebab masih ada satu jendela
waktu, di mana aku masih dapat berbuat sesuatu. Juga kata, yang barusan
engkau ucapkan tadi, tetap dapat aktiv aku kaitkan. Dengan demikian kita masih punya sebuah
fleksibilitas tertentu. Dan kupikir,
aku hanya punya kemungkinan ini di masa sekarang.
JOSUA: Pertanyaannya cuma, kapan masa sekarang
dimulai? Apakah hanya pikiran yang
jadi masa sekarang dan sesudah awal kata telah menjadi masa lalu? Pahamkah kamu, kita
dapat membuatnya berbelit-belit, tapi di suatu tempat ada masa sekarang. Di suatu tempat masa sekarang
selalu merupakan satu tindakan, satu awal, tak peduli
berapa lama ia berlangsung, di sini sang waktu pada
saat itu tak memainkan peran. Aku juga tidak dapat membuktikan kekeliruannya,
aku juga tidak membuktikan kesalahannya, aku hanya mengatakan, bagaimana adanya: ada
eksistensi masa lalu, masa sekarang, dan masa
depan. Dalam wujud
bagaimana dan dalam pemahaman apa, ini soal lain.
Tentu saja aku dapat
berkata, tak ada masa sekarang – bukan materi. Masa sekarang
kita, pikiranku, pikiran bebasku adalah tujuh kali lebih cepat ketimbang
pikiran kalian. Apakah aku punya masa
sekarang yang lain dibanding
masa sekarang kalian?
Birgit: Itu tadi yang baru saja kutanyakan
sendiri, apakah ia dapat dipengaruhi?
JOSUA: Nah. Masa sekarang adalah masa
sekarang, orang tidak dapat menundukkan masa
sekarang dengan waktu.
Birgit: Ya, kita pernah mendapatkannya pada
tema mengenai waktu: aku dapat mengukur
lamanya waktu dari A menuju B, tetapi aku masih punya juga sebuah persepsi individual,
dan apakah itu bukannya sesuatu yang mungkin menentukan?
JOSUA: Di situ ada yang menentukan, tentu
saja.
Birgit: Maka kemudian mungkin juga pada kesadaran, semakin dekat ke masa kini aku hidup, dapat hidup di saat ini,
memiliki kemampuan ini, untuk ada,
maka mungkin saja aku punya kesadaran yang lebih dalam dan dengan demikian berbeda jendela waktunya dibandingkan seseorang, yang menghabiskan hari tanpa berpikir.
maka mungkin saja aku punya kesadaran yang lebih dalam dan dengan demikian berbeda jendela waktunya dibandingkan seseorang, yang menghabiskan hari tanpa berpikir.
JOSUA: Tidak, bagi orang itu ketiga fakta tadi
juga nyata.
Birgit: Ya, bagi dia matahari akan terbit di pagi hari dan terbenam saat senja,
tetapi
dengan apa ia dapat mengisi waktu, perasaan individual untuk waktu, atau untuk kesadaran, bukankah
itu ruang bermain, yang kita punya?
Dirk: Aku sendiri tidak akan membedakannya, yang
satu mengisi waktunya secara aktif
dan yang lain membiarkan sang waktu yang mengisinya.
JOSUA: Ya, barusan
saya berpikir, apakah kita dalam hal ini setidaknya punya perbedaan
kecil, namun kita tidak bisa. Itu tidak ada hubungannya dengan tindakan. Masa sekarang, masa lalu, dan masa depan
tak berkaitan dengan tindakan,
melainkan mereka itu sebuah aliran waktu. Dan apa pun yang kamu lakukan,
juga seandainya pun engkau memutuskan, aku tidak melakukan apa- apa hari ini, di bagian pikiranmu yang
terdalam, belum menginjak pada kesadaran, melainkan berawal di
bawah sadar, tetap saja itu adalah masa sekarang.
Melalui pengukuran waktu orang coba membentuk tiga faktor tadi. Hanya saja kalian di bumi
ini punya ruang masa sekarang yang lebih luas, ketimbang
kami di alam baka.
Birgit: Karena kami lebih lambat.
JOSUA: Ya.
Dirk: Atau ini, jika engkau memutuskan, untuk tak
berbuat apa-apa, maka engkau dapat
tujuh kali tak berbuat apa-apa dibandingkan kami [di bumi].
JOSUA: Tepat, bukankah ini hebat?
Dirk: Itu fantastik. (semuanya riang) Tetapi dari mana datangnya
bilangan tujuh tadi? Mengapa tujuh kali dan tidak 15 kali, atau
21 kali, atau 13 kali?
JOSUA: Itulah hukum alam:
tujuh.
Dirk: Dari mana asalnya?
JOSUA: Ya begitu itu. Aku
tidak tahu. Pokoknya tujuh.
Dirk: Pokoknya tujuh, okay deh,
setiap roh di alam baka mengetahui ini?
JOSUA: Ya.
Dirk: ...ada apa di balik
“pokoknya tujuh“?
JOSUA: Tujuh, atau
sebagaimana yang dikatakan oleh kalian manusia, itu bilangan magis. Aku tidak tahu, mengapa demikian, mungkin suatu
saat nanti aku akan tahu.
Dirk: Pada saat itu biarkan kami mengetahuinya pula.
JOSUA: Aku tak percaya, bahwa ada cukup waktu,
bahwa kalian saat itu masih hidup di
bumi, pada saat aku mendapat jawabannya.
Birgit: Maka kita akan menyelesaikannya di
alam baka.
Rolf: Pemahamanku tadi begini, kalian
menjelaskan soal gelembung, bahwa ada aliran.
Dan supaya alirannya
bisa berfungsi, maka ada lubang pengaman di sisi lain. Sekarang logikanya, jika ada aliran, dari mana dia
berasal.
JOSUA: Kamu duga, bagaimana itu dapat meluber,
sebab tidak ada lagi yang balik kembali,
yang sudah keluar, bukan. Atau, apa maksudmu?
Rolf: Ya, kalian punya ini, jika aku
memahaminya, kalian sudah menjelaskan keharusan
adanya lubang pengaman sebagai hasil dari aliran balik. Dengan begitu,
agar aliran baliknya dapat ada di suatu tempat, harus pula ada lubang pengaman
lainnya...
JOSUA: ...yang kembali mengalir.
Rolf: Baiklah, sampai di sini kita
sepakat.
JOSUA: Sampai di sini kita sepakat.
Rolf: Baik, jika aliran balik ini
syarat adanya lubang pengaman, ari mana datangnya, apa yang balik lagi?
Thomas: Tidak ada pengapian awal, aku kira, ke
sana itu arah pembicaraan yang kamu hendak
maksudkan.
Rolf: Jadi
harus ada satu penyaluran, sebelum ada yang datang lagi.
Thomas: Tepat.
JOSUA: Persis, dan apa penyaluran ini? Kamu
tidak tahu, ini yang kukatakan padamu.
Rolf: Kamu sekarang mungkin maksudkan
dengan itu pemisahan, atau?
JOSUA: Bukan, alasan, bahwa harus ada
pemisahan atau dapatnya terjadi aliran, adalah,
bahwa ada ancaman stagnasi.
Rolf: Jadi ancaman adanya stagnasi
adalah alasan, untuk membuka lubang pengaman
dan dengan itu dijamin adanya aliran. Harus ada sesuatu yang mengawali keluar,
sebelum ada yang masuk.
JOSUA: Harus ada yang keluar dan butuh waktu
yang lama, sangat lama, tolong ini teoriku,
tapi aku anggap ini sangat bagus: sampai kolektif sepakat, bahwa perlu pemisahan,
ia sendiri sudah dapat mengumpulkan pengertian, begitulah harusnya dulu itu. Dan pada saat
ini tercapai, pada saat tak ada lagi pengertian yang dapat dikumpulkan yang bisa ditambahkan dalam
keseluruhannya. Maka harus ada penemuan jalan baru.
Kecerdasan kolektif cukup besar dan dapat memikirkan sesuatu.
Lalu diciptakanlah jagad
raya, materi, energi dilepas, yang diubah menjadi materi. Menjadi materi dalam wujud matahari,
planet, makhluk hidup, sel tunggal, dsb. Untuk mengorganisir
semua itu, kolektif harus memberi sesuatu dari dia sendiri, sebab hanya
kolektif, Roh Agung ini, Energi ini, yang mampu menciptakan
segalanya tadi. Itu adalah Ilahi, hanya Sang Pencipta yang dapat berbuat
itu, tak ada lainnya. Ia harus melakukannya.
Thomas: Dan dengan begitu praktis menghidupkan peredaran.
JOSUA: Dan dengan begitu praktis menghidupkan
peredaran, sebab kolektif sudah berkata,
jika Aku menciptakan sesuatu dan memperhatikan, apa yang terjadi dengan apa-apa yang telah
Kuciptakan, maka Aku memperoleh pengertian, dapat
memrosesnya dan berputar, eksis, sebab Aku bergerak. Sungguh suatu yang
dahsyat, apa-apa yang telah dicptakan kolektif. Dan kami juga tidak tahu, berapa
lama kami telah duduk, sampai kami datang ide, bahwa materi merupakan
pertolongan bagi kolektif. Sebab kita waktu itu adalah masih satu. Aku juga tidak tahu, apa
yang dapat kami kumpulkan sebagai pengertian, pada
waktu kita masih satu, satu kolektif. Mungkin hari ini sudah terjadi, bahwa kolektif,
telah lupa beberapa bagian. Bicara tentang kolektif dari segi filsafat,
kupandang sebagai faktor yang tidak mungkin, sebab itu tidak bisa secara filsafat. Itu hanya
bagian kecil dari, di mana orang mencoba untuk memperoleh
pengertian.
Rolf: Jalannya tidak nanti aku
sarankan, tetapi pertanyaannya datang otomatis, sejak setengah jam ada di kepalaku.
JOSUA: Kamu betul seluruhnya, jika ada
terbentuk sebuah aliran, harus ada dari mana datangnya.
Rolf: Begitu, dan katanya, sebab hanya
ada satu lubang pengaman, bahwa lubang ini menjadi
lubang yang kontinyu, praktis menjadi sesuatu sarana yang terus- menerus.
JOSUA: Tepat.
Rolf: ...sebab tidak ada dua.
JOSUA: Tidak, hanya ada 1 keluaran dan satu
masukan.
Rolf: Jelas sudah.
JOSUA: Dan berapa lama akan berlangsungnya,
sampai semua pengertian diambil dari jagad
raya ini, sampai lubang pengaman, di mana sesuatu keluar, kembali ditutup, ini aku tidak tahu,
dan apa-apa yang terjadi selanjutnya, aku juga tidak
tahu.
Rolf: Tahukah kamu, itu kami juga tidak
ingin tahu.
Dirk: Justru kami ingin mengetahuinya.
JOSUA: Tetapi kita akan duduk bersama suatu waktu
nanti dan memikirkannya, bagaimana
nanti – mungkin dalam waktu 5, atau 6 juta tahun, mungkin lebih lama lagi, aku tidak tahu.
Thomas: Tujuh, kupikir bagus.
JOSUA: Tujuh. Tujuh juta tahun, ini kita
dapatkan dia lagi, tujuh. Ada sesuatu jadinya. Dari
sisi yang satu kalian harus membayangkan keseluruhan sebagai yang agung, dahsyat, tak berakhir, dari
sisi lainnya kalian harus membayangkannya sedemikian
rupa, bahwa kalian dapat memahaminya.
Rolf: Itu tidak cocok.
JOSUA: Agar mampu memahami dan menarik
kesimpulan dari makna mengenai apa yang
kalian harus lakukan.
Dirk: Aku khususnya tertarik pada pendapatmu,
kebijakanmu, atau juga pada filsafatmu:
jika di suatu saat diawali dengan pemisahan, sebagai lubang pengaman,
sebagaimana kita sudah nyatakan, harusnya ada kondisi sebelumnya, di mana segalanya
juga ada dalam gerakan, sebab stagnasi seperti yang
kita dengar tadi, tidaklah baik.
JOSUA: Ya, aku sudah
mengatakannya, ya.
Dirk: Wujud ini sebagai
keutuhan sebelum pemisahan, apakah menurutmu itu kolektif atau bagimu kolektif itu
seperti Sang Pencipta? Atau ada perbedaan antara pusat kolektif dan yang
menjadi kolektif, atau apakah menurutmu semuanya
itu satu?
JOSUA: Itulah kolektif..
Birgit: Adakah
semuanya itu satu?
JOSUA: Semuanya esa.
Dirk: Engkau tidak membedakan
Tuhan Sang Pencipta atau awal segalanya dan kolektif
dan makhluk hidup dan yang berasal darinya?
JOSUA: Tidak, jika kolektif punya pusat, maka
itu bukanlah kolektif. Jika begitu, maka ada individu dengan banyak individu
di sekelilingnya atau satu individu di sampingnya.
Dirk: Aku bawa ide ini, sebab, jika sebelum
pemisahan harus ada sebuah gerakan, karena
tak boleh ada stagnasi, maka ada kemungkinan secara filsafat, bahwa suatu massa kolektif berputar
mengelilingi sebuah pusat. Begitulah sampainya pemikiranku, dan pusat ini bagiku
sekarang merupakan awal, cahaya purba, atau
Tuhan. Makanya aku bedakan antara kolektif dan Tuhan.
JOSUA: Kamu mensyaratkan adanya sebuah pusat.
Kamu anggap tidaklah mungkin, bahwa adanya gerakan itu, hanya jika
segalanya ada dalam keseluruhan. Dan seandainya
pun hanya untuk memperoleh pengertian, bahwa semua senantiasa berputar?
Dirk: Makanya kita ada dalam putaran [dan punya satu
pusat].
Birgit: Mungkinkah itu sama dengan kumpulan
ikan? Di mana jutaan ikan-ikan kecil, sebuah
massa, bagai awan, yang selalu berenang ke arah yang sama, berputar ke sana-ke mari, tanpa ada
pertanyaan dari salah satu ikan?
Thomas: Tak ada yang tahu, mengapa mereka
melakukan itu.
JOSUA: Tak ada yang tahu.
Birgit: ... “awan“ itu melakukannya begitu
saja.
JOSUA: Itu dilakukannya.
Dirk: Dalam gambaran ini, aku memberi tahu, bahwa
itu hanya berfungsi, jika kamu punya
“sesuatu di sekelilingnya“, yaitu yang terpisah dan seluruh jagad raya.
JOSUA: Ya, itu sekarang hanya sebuah contoh,
mengapa dapat terjadi sesuatu, mengapa
sesuatu mengalir. Kamu selalu mencoba membayangkan kolektif dengan
tepi batasan.
Dirk: Seandainya pun aku membayangkannya sebagai tak
terbatas.
JOSUA: Kamu mencoba membayangkan suatu
gelembung, kamu mencoba membayangkan,
bahwa kolektif ada di dalam sesuatu.
Birgit: Di dalam suatu ruang terlindungi.
Thomas: Dengan dua lubang pengaman.
JOSUA: Ya.
Dirk: Aku coba sekarang membayangkan kolektif sebagai
tanpa batas.
JOSUA: Maka kamu tak punya lubang pengaman. (tertawa)
Dirk: Ya, itulah kondisinya sebelum ada lubang pengaman.
JOSUA: Oh, ia mengerucut dan lalu butuh satu
lubang pengaman. Apa yang terjadi, jika segalanya, yang sekarang ini ,
ada dalam kolektif?
Dirk: Aku percaya, bahwa kita sekarang ada di dalam
kolektif, ya. Jika tidak begitu, apa ada yang lain selain
kolektif? Tetapi dengan gerakan, mungkin kita ... Aku tidak
tahu, apa kita semua gembira karena itu, tetapi... (semua gembira) .. tetapi kita tak lagi
berbincang soal itu hari ini.
JOSUA: Tidak, sebagaimana dikatakan, tentang
itu kamu benar-benar hanya dapat menyatakannya
secara filsafat. Setiap makhluk punya filsafatnya sendiri tentang
itu, tak ada satu pun yang punya pengetahuan. Itu adalah syarat. Satu- satunya yang kami betul-betul
tahu, definitif, dan dapat memberitahukannya pada
kalian, adalah, bahwa ada suatu jalan kembali ke kolektif ini, suatu “peleburan“ roh, manunggal ke dalam yang Maha Agung.
Bagaimana tepatnya kejadian
itu, aku tidak tahu. Dan apakah di sana benar ada satu aliran, aku tidak tahu. Aku juga tidak tahu, apakah betul pemisahan
terjadi melalui satu lubang
pengaman.
Rolf: Tidak, itu tadi kita ambil
sebagai contoh, agar mampu menggambarkannya secara
jelas.
JOSUA: Dan oleh sebab itu aku berkata, ya, itu
adalah secara filsafat. Tetapi esensi dasar
di filsafat ini, ini penting. Bagaimana terlihatnya kolektif, dari apa saja ia terbentuk, bagaimana ia
terwujud, aku percaya ini, bagi kita semua, termasuk aku, dan sekalipun lingkungan di atasku,
tidak bisa diikuti. Kita hanya dapat memberi gambaran situasi ini dalam
pikiran: itu ada. Dan karena itu ada, maka itu
[atau Ia] baik adanya.
Birgit: Ya, sebab hanya karena itulah dijamin,
bahwa tak ada stagnasi dan sebuah pengembangan
dimungkinkan.
JOSUA: Sebab eksistensimu tergantung dari,
bahwa kamu suatu saat nanti bakal kembali
ke kolektif. Ini adalah fakta. Semua lainnya merupakan perbincangan yang indah, tetapi tak ada bukti,
tidak akan ada bukti yang bisa diberikan.
Dirk: Adakah bukti, bahwa engkau berkata “Ia ada“,
bahwa kita semua berjalan kembali
ke dalam kolektif, apakah ini tidak hanya filsafatmu belaka?
JOSUA: Ke mana kamu mau pergi jika tidak
begitu?
Dirk: Aku tidak tahu.
JOSUA: Disebabkan oleh pengembangan,
disebabkan oleh peningkatan pengembangan,
yang jelas dilihat dan dikenali, harus ada yang mengalir menuju
sesuatu. Kamu tidak dapat berkata, aku sebagai JOSUA mengumpulkan
pengertian sampai di sini dan lalu, goodbye.
Dirk: Lalu goodbye dari alam lingkungan dan
pengertian selanjutnya, ini toh dapat dibayangkan.
JOSUA: Bahwa roh menjelajahi beberapa alam
lingkungan itu tidak saja dapat dibayangkan,
melainkan begitu itu kejadiannya. Tetapi ada sesuatu, Dirk, agar kamu tenang berkaitan dengan
hubungan ini, itu bukan teori, itu adalah pengetahuan.
Kami tahu itu. Kami tidak percaya itu, kami tak mengkhayalkan itu, kami mengetahuinya. Ini
adalah satu-satunya, yang betul dapat kamu bawa, di samping kesadaranmu: untuk
mengetahui, bahwa kolektif itu ada, dari
mana kamu berasal. Pengetahuan mengenai hal tersebut ada di bawah sadarmu.
Dirk: Satu kesadaran, yang merdeka dari sebuah
tubuh?
JOSUA: Kesadaran roh, aku tak bicara tentang
kesadaran tubuh.
Dirk: Atau juga sebuah roh dalam sebuah tubuh? Aku sekarang tidak yakin soal yang barusan engkau katakan.
JOSUA: Kamu sebagai tubuh tidak memilikinya. Toh
bagimu juga tidak penting.
Dirk: Penting!
JOSUA: Tidak, sebagai tubuh, tidak. Tubuhmu tinggal di sini, bakal menjadi
debu, tetapi sebagai
roh kamu mengetahuinya. Apakah ini lalu kau gunakan, apa itu lalu kau manfaatkan dan
bagaimana kau memanfaatkannya, dapat kamu jumpai
di beberapa agama. Sebab untuk itulah agama ada. Tapi ini akan menjadi tema lain, yang akan dapat kita sambung nantinya. Mengapa manusia percaya?
Bagaimana agama-agama terwujud?
Dirk: Melihatkah engkau hubungannya dengan dugaan
ini, dengan pengetahuan ini, apa-apa
yang hanya dipunyai di alam baka?
JOSUA: Tepat,
orang sedikit menambahkannya. Orang lalu mencoba di bumi ini memberi tubuh
[pengetahuan dari lingkungan lebih tinggi], yang betul-betul tak dapat ia gunakan.
Birgit: Ya, sebab suatu saat nanti minimal
ada pertanyaan: apa guna semua ini? Di mana makna segalanya?
JOSUA: Mengapa aku ikut membuatnya?
Dirk: Pada sisi lain, begitu yang aku rasakan, aku
adalah satu roh dalam satu tubuh, yang
menyibukkan diri dengan pertanyaan itu.
JOSUA: Tepat. Dan untuk itu ada agama-agama,
sebab roh [yang inkarnasi] tidak mutlak
tahu tentang kita, atau soal eksistensinya. Itu diambil darinya, jika ia ada di bumi.
Dirk: Ya, sayang sekali sebetulnya. Banyak nabi-nabi
yang sudah mengetahui hal kalian.
JOSUA: Semua nabi mengetahuinya.
Dirk: Tetapi mereka, orang-orang yang hari ini
melaksanakan agama...
JOSUA: Itu soal lain, tentang itu orang dapat
berdiskusi, sebab agama, maknanya, terjadinya
sebuah agama itu sebetulnya ada pada pengertian rohani, terpenjara dalam tubuh di bumi ini, yang
meninggalkan sesuatu dan berkata: Hai manusia,
tak ada lagi kecuali apa-apa yang kalian lihat. Para dogmatik, yang mencetuskannya,
adalah juga sebuah pengembangan.
Rolf: Kita akan membuat tema ekstra
dari situ.
JOSUA: Hari ini tidak lagi, aku akan balik sekarang,
ke sana, di mana aku berasal.
Rolf: Aku katakan sekali lagi: Dirk
merasa dirinya sebagai satu
roh.
Dirk: Dalam sebuah tubuh.
Rolf: Itu istimewa.
JOSUA: Dirk adalah satu biji roh dalam tubuh,
ia tidak saja merasakannya begitu, ia ada.
Ia punya kesadaran untuk ada. Demikianlah aku harap semoga kalian berada dalam waktu yang nyaman,
pergilah dalam harmoni dan damai.....
Dirk: Kami berterima kasih atas perinciannya, atas
kebijakan, yang telah engkau sampaikan
pada kami senja ini.
Rolf: Dan pada CABUGLO atas
penjagaannya.
JOSUA: Aku akan sampaikan terima kasih itu.
Pujilah Sang Pencipta! Mohon musiknya sekarang!
Birgit: Terima kasih, JOSUA, tadi itu senja
yang indah.
No comments:
Post a Comment